Mengenai Saya

Thx 4 all,udah msuk ke blog Bu Dew. Semoga bermanfaat...

Jumat, 04 November 2011

Taarufkah aku…??

Taarufkah aku…??

Ketika di ajak bertaaruf, aku kurang paham maknanya. Maka kutelusuri pengertian dan maksud dari kata tersebut…

Taaruf (dalam Wikipedia) artinya kegiatan bersilaturahmi, kalau pada masa ini kita bilang berkenalan bertatap muka, atau main/bertamu ke rumah seseorang dengan tujuan berkenalan dengan penghuninya. Bisa juga dikatakan bahwa tujuan dari berkenalan tersebut adalah untuk mencari jodoh. Taaruf bisa juga dilakukan jika kedua belah pihak keluarga setuju dan tinggal menunggu keputusan anak untuk bersedia atau tidak untuk dilanjutkan ke jenjang khitbah. Taaruf dengan mempertemukan yang hendak dijodohkan dengan maksud agar saling mengenal.
Teringat ketika SMA dulu ketika aku mengisi kajian isalmiyah di hari jumat. Q yang masih terlalu awam untuk menjadi seorang pembicara pada forum ini tentang “bolehkah pacaran itu?” hanya bisa menjadi moderator yang menampung pertanyaan-pertanyaan dari teman. Memang aku jawab sesuai kemampuan dan pengetahuan yang aku miliki. Kemudian setelah itu guru agama ku yang menjelaskan lebih rinci. Sebuah pengalaman yang mengesankan hingga saat ini.
Kita ulas yuk ukhti…
Ta’aruf dapat dilakukan dengan 3 metode:
1.        Melihat muka dan telapak tangan. Telapak tangan yang bagus seorang wanita adalah yang runcing jarinya dan di pangkal kuku ada putih-putihnya (katanya sih menandakan kesuburan wanita tersebut).
2.      Melihat seluruh tubuhnya. Bukan calonnya yang melihat tapi menyuruh seseorang untuk melihatnya, sesuai keinginan atau tidak. Kalau sesuai ya lanjut tapi kalau tidak ya dibatalkan.
3.      Memberikan biodata deskripsi diri, watak dan fisik tanpa foto.
Allah berfirman: ”Dan di antara manusia ada orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah mereka mencintainya sebagaimana mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah.” (Qs. Al-Baqarah: 165)
“Tidaklah aku meninggalkan fitnah sepeninggalanku yang lebih berbahaya bagi kaum laki-laki yaitu fitnah (godaan) wanita.” (HR. Bukhori dan Muslim, dari Usamah bin Zaid radhiyallau ‘anhuma)
 “Telah ditulis bagi setiap Bani Adam bagiannya dari zina, pasti dia akan melakukannya, kedua mata zinanya adalah memandang, kedua telinga zinanya adalah mendengar, lidah (lisan) zinanya adalah berbicara, tangan zinanya adalah memegang, kaki zinanya adalah melangkah, sementara kalbu berkeinginan dan berangan-angan, maka kemaluanlah yang membenarkan dan mendustakan”(HR. Bukhori dan Muslim)
Hadits ini menunjukkan bahwa memandang wanita yang tidak halal untuk dipandang meskipun tanpa syahwat adalah zina mata. Mendengar ucapan wanita (selain istri) dalam bentuk menikmati adalah zina telinga. Berbicara dengan wanita (selain istri) dalam bentuk menikmati atau menggoda dan merayunya adalah zina lisan. Menyentuh wanita yang tidak dihalalkan untuk disentuh baik dengan memegang atau yang lainnya adalalah zina tangan. Mengayunkan langkah menuju wanita yang menarik hatinya atau menuju tempat perzinaan adalah zina kaki. sementara kalbu berkeinginan dan mengangan-angankan wanita yang memikatnya maka itulah zina kalbu kemudian boleh jadi  kemaluannya perzinaan yang berarti kemaluannya telah mendustakan. (Syarh Riyadhus Shalihin An-Nawawi; Syaikh Al-Utsaimin, hadits no 1619)   
Pacaran sendiri merupakan budaya dan peradaban jahiliah yang di lestarikan oleh orang-orang kafir di negeri Barat dan lainnya kemudian diikuti oleh sebagian umat islam (kecuali orang-orang yang dijaga oleh Allah SWT).
Rasulullah bersabda “Barang siapa meniru suatu kaum maka dia termasuk golongan mereka,(HR. Abu Daud)
Dalam pacaran tidak ada aturan yang jelas, kalaupun ada aturan yang ditentukan kedua belah pihak (orang yang berpacaran) maka aturan itu tidak ada jaminan untuk tidak melanggar Syariat dan juga menjadi jalan tersubur bagi pembuka perbuatan zina. Itu karena sifat pacaran yang tidak memiliki tata aturan yang baku alias tergantung kesepakatan kedua belah pihak (orang yang berpacaran), berbeda dengan taaruf, dia memiliki tata cara dan batasan yang telah ditentukan oleh syariat sehingga ada jaminan orang yang melakukan ini (taaruf) terhindar dari perbuatan dosa.
Pacaran juga sesuatu yang buruk dilihat dari tujuannya dimana banyak yang pacaran hanya bertujuan untuk bersenang-senang atau main-main saja. Intinya tidak ada jaminan untuk serius dalam mengekspresikan Cinta yang Agung yaitu menikah.
Sedangkan taaruf sendiri tujuannya adalah untuk serius, untuk mengenal calon istri yang didasari niat ibadah yaitu jalan untuk Menikah.
Maka perbedaan pacaran dan taaruf adalah terkait niat dan batasannya. Pacaran niatnya kebanyakan adalah untuk main-main (ga niat ibadah), sedangkan taaruf niatnya memang ibadah (menikah karena cinta kepada Allah). Pacaran tidak ada batasan yang jelas, sedangkan taaruf ada batasannya untuk tidak boleh berdua-duaan tanpa di damping mahram, baik di rumah ataupun ketika pergi jalan-jalan keluar.
Wallahu a’lam bi ash-shawab
Sesunguhnya wanita yang baik untuk lelaki yang baik”
  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar